Minggu, 01 Desember 2019

 ANTIHISTAMIN


Banyak sekali penyakit yang sekarang ditemui pada masyarakat disekitar kita. Namun hal tersebut tidak disadari oleh kita bahkan sudah dianggap hal biasa. Tentu saja hal ini membuat penyakit tersebut menjadi lebih parah atau berangsur tidak sembuh, misalnya seperti alergi. Alergi merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya bintik-bintik dan disertai dengan rasa gatal. Bintik-bintik ini ditandai dengan warna merah dan bisa terdapat dalam satu bagian organ seperti kulit bagian tangan ataupun kulit bagian seluruh tubuh. Begitu pula untuk rasa gatal yang dirasakan akibat alergi berbeda. Hal ini diakibatkan rangsangan gatal atau alergen dan imunitas tubuh seseorang yang berbeda-beda. Namun pada kenyataannya alergi pada seseorang dianggap biasa saja. Padahal bisa menyebabkan penyakit yang lebih serius.

(Gambar 1. Alergi)

          Antihistamin (antagonis histamin adalah zat yang dapat  mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap  tubuh dengan jalan memblokir reseptor histamin.  Histamin merupakan derivat amin dengan berat 
molekul rendah yang diproduksi dari L-histidine. Ada  empat jenis reseptor histamin, namun yang dikenal  secara luas hanya reseptor histamin H1 dan H2. Reseptor H1 ditemukan pada neuron, otot polos, epitel 
dan endotelium. Reseptor H2 ditemukan pada sel  parietal mukosa lambung, otot polos, epitelium, 
endotelium, dan jantung. Sementara reseptor H3 dan H4  ditemukan dalam jumlah yang terbatas. Reseptor H3 terutama ditemukan pada neuron histaminergik, dan  reseptor H4 ditemukan pada sum-sum tulang dan sel  hematopoitik perifer (Greaves, 2005).

         Penggunaan antihistamin biasanya memiliki efek samping yang merugikan namun dapat juga menguntungkan bagi tubuh. Hal ini tergantung pada cara penggunaannya. Contohnya saja Dimenhydrinate yang merupakan komponen zat aktif produk Antimo. Pada dasarnya Antimo dapat meredakan rasa gatal namun memiliki efek samping mengantuk.
(Gambar 2. Ilustrasi Mengantuk)

          Baru-baru ini ditemukan antihistamin yang sangat optimal untuk digunakan pada penggunaan dermatologi atau bagian kulit yakni Rupatadin. Rupatadin juga memiliki aktivitas antagonis  platelet activating factor. Platelet activating factor adalah salah satu fosfolipid endogen yang memediasi  inflamasi dan dibentuk oleh sel inflamasi seperti  makrofag alveolar, eosinofil, sel mast, basofil, platelet dan netrofil yang dikeluarkan sebagai respon terhadap  reaksi alergi/inflamasi. Reaksi ini berhubungan dengan  peningkatan permeabilitas vaskular, kemoatraksi  eosinofil, bronkokonstriksi, hiperresponsif jalur nafas, dimana semua ini terlibat dalam patofisiologi rinitis,  asma dan anafilaksis. Tambahan lagi, peningkatan  level plasma dari PAF dilaporkan juga pada pasien  urtikaria dan psoriasis dibandingkan dengan orang  sehat. Aktivitas anti PAF Rupatadin lebih rendah dari  antagonis spesifik PAF WEB-2086 dan Ginkgolid B,  tetapi lebih tinggi dibandingkan antihistamin loratadin, ketotifen, mepyramine, cetirizin atau terfenadin (Shamizadeh et al, 2014).

(Gambar 3. Struktur Kimia Rupatadin)

Permasalahan
1. Apa saja obat-obat antihistamin yang banyak beredar?
2. Bagaimana cara kerja antihistamin sehingga menyebabkan rasa mengantuk?
3. Kapan kita seharusnya mengkonsumsi antihistamine?

Jawab 
1. - Dimenhydrinate
    - Dimenhydramine
    - Chlorpeniramine Maleas
    - Dexchlorpeniramine Maleas
    - Loratadine
    - Mebhydroline

2. Antihistamin memiliki sifat lipofilik yang dapatmenembus sawar darah otak sehingga dapatmenempel pada reseptor H1 di sel-sel otak.Dengan tiadanya histamin yang menempel padareseptor H1 sel otak, kewaspadaan menurun dantimbul rasa mengantuk

3. Kita seharusnya mengkonsumsi antihistamine jika keadaan alergi yang kita derita sudah harus memerlukan obat yang dapat meredakannya. Jika perlu kita harus berkonsultasi dengan dokter dan apoteker terkait masalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar